Sabtu, 30 April 2011

Bay's Sound System

Om Bay
From BAY'S SOUND
Om Bay begitu orang mengenalnya. Om Bay yang lahir di Payakumbuh, Sumatra Barat, yang coba mengadu nasib dengan merantau ke Bandung. Usaha penyewaan sound system dan keperluan pesta yang dirintis sejak tahun 1994 terus berkembang seiring dengan pemenuhan kebutuhan usahanya.
Seringnya loud speaker yang disewakan mengalami kerusakan (jebol), Om Bay mencoba memperbaikinya sendiri. Trial and error sebagai modal awal untuk memperluas usaha dan lapangan kerja. Jasa untuk memperbaiki loud speaker yang jebol atau kebakar masih banyak terus kebanjiran order dari sesama pengusaha penyewaan sound system dan perorangan sampai sekarang.
Di samping jasa memperbaiki loud speaker mulai dari twitter, middle sampai bass yang ukuran speaker 18”, Om Bay juga membuka jasa pembuatan Hardcase untuk power supply, mixer, dan lain-lain sesuai order. Anaknya Om Bay, Roby, kini harus turun tangan membantu khusus untuk penyelesaian order Hardcase. Dalam satu minggu minimal bisa membuat 3 hardcase untuk penyelesaian pesanan.
Dulu memang pernah juga Om bay ini memberikan jasa pembuatan box speaker turbo. Namun sekarang sudah mulai ditinggalkan karena sepinya order. Usaha penyewaan sound lebih senang membeli loud speaker active yang lebih praktis untuk digunakan.


CONTACT
BAY’S SOUND SYSTEM
Speaker service, electronic – Party equipment
Hardcase, Electone, Supply Music Equipment (Second Hand)
Jl. Sragen No. 9  Antapani Bandung
Phone: (022) 7101166 - 081322943009 - 081809809009

Meja Kerja Om Bay
From BAY'S SOUND

Hardcase
From BAY'S SOUND
Speaker Jebol
From BAY'S SOUND
Proses Pembuatan Hardcase
From BAY'S SOUND

Minggu, 24 April 2011

Industri Kerajinan Siap Hadapi ACFTA

Jakarta, (PR).- 23/04/2011

Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) menyatakan, industry kerajinan di Indonesia siap menghadapi pasar bebas ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).
Advisor Asephi, Syahroel Syamsudin menyatakan, selama ini kendala ekspor kerajinan Indonesia lebih karena selera pasar internasional tedak sreg dengan industry kerajinan Indonesia.
“Namun, Asephi sudah mengedukasi mereka agar berubah. Membuat barang yang lebih marketable dan mengubah mindset mereka dari parajin menjadi pengusaha, dan ini yang susah,” ujarnya saat ditemui sela kesibukannya memantau Inacraft 2011, di JCC, Senayan, akhir pekan lalu.
Dia menambahkan, volume ekspor di Indonesia tahunlalu sekira 670juta dolar AS. Angka ini per tahunnya selalu mengalami kenaikan. “Biasanya akan naik sekitar 5-10 persen per tahun,” ujarnya lagi.
Langkah-langkah yang harus dilakukan  pemerintah dan Asephi dalam menanggulangi serbuan produk Cina adalah melalui promosi, pelatihan kerja, pembukaan pasar yang lebih luas, serta membuka kemampuan berdagang bagi perajin.
Selain itu, dilanjutkannya, sebenarnya Indonesia mempunyai potensi bahan baku yang besar sekali dari industry kerajinan ini. “Industri kerajinan kita, khususnya yang dari kayu, serat alam, dan tekstil, itu menjadi andalan dan harus terus ditingkatkan  produksinya. Akan tetapi, bukan berarti yang lain jadi nomor dua,” ujarnya.

Produk UKM Rentan Dipalsukan | Pihak Ketiga Bisa Menikmati Keuntungan Lebih

Bandung, (PR).- 23/04/2011
Produk usaha kecil menengah (UKM) rentan dipalsukan dan dikemas ulang. Salah satu penyebabnya, kesadaran UKM untuk mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang terhitung sangat rendah. Selain persoalan biaya yang terhitung mahal, bantuan untuk mengurus HAKI dari pemerintah pun terhitung minim.
“Karena tidak adanya HAKI, produk UKM sangat rentan dipalsukan atau dikemas ulang menggunakan label lain. Ini sangat merugikan pelaku UKM kita,” ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM) Provinsi Jawa Barat Wawan Hernawan, di Bandung, akhir pekan lalu.
Keuntungan nilai tambah yang seharusnya diterima UKM, lanjut Wawan, justru dinikmati pihak ketiga yang tidak jarang hanya tinggal memberikan label, merk, dan kemasan. Kondisi itu bukan hanya terjadi pada UKM jenis makanan, obat, dan kosmetik, tetapi juga pakaian, elektronik, resep makanan dan aksesori.
Bahkan, menurut dia, tidak sedikit UKM yang menjual produknya dengan label kosong untuk kemudian dikemas dan diberi label oleh buyer yang tidak jarang berasal dari luar negeri. “Pihak ketiga itu yang akan menikmati keuntungan karena setelah dikemas ulang, produk tersebut bisa dijual dengan harga yang labih mahak,” ujarnya.
Praktik tersebut, lanjut Wawan, juga perlu diwaspadai untuk produk UKM yang dijual di Pasar Baru Trade Centre. Seperti diberitakan “PR” sebelumnya, pembeli asal Malaysia memberikan kontribusi 30-40 persen omzet Pasar Baru. Paling sedikit mereka membeli enam potong pakaian untuk diboyong ke negaranya.
Wawan menilai, tidak tertutup kemungkinan para pembeli dari Malaysia itu mengemas ulang produk yang dibeli di Pasar Baru dan menjualnya kembali di Negara mereka dengan harga yang lebih mahal. bahkan bukan tidak mungkin produk yang sudah dikemas ulang itu diekspor kembali ke Batam.
“Baru-baru ini salah satu resep sambal khas Jawa Barat, yaitu sambal bajak, juga telah didaftarkan seorang pengusaha asal Belanda di Australia. Kalau sampai resep itu di klaim Negara lain, kita juga yang rugi,” tuturnya.
Menurut Wawan, tidak sedikit produk yang harus dilindungi, termasuk salah satunya adalah ubi cilembu. Apalagi, produk tersebut hanya ada di Garut dan Sumedang. “Jangan samapi ini juga diklaim Negara lain,” ujarnya.
Diakui Wawan masalah HAKI bukan hanya tanggung jawab UKM, melainkan perlu peran aktif pemerintah, hingga ke tingkat kabupaten/kota. Bahkan, menurut dia, seharusnya pemerintah kabupaten/kota melakukan langkah jemput bola mengingat sebagian besar UKM belum memahami arti penting HAKI.
“Pengetahuan UKM tentang pentingnya HAKI masih minim,” kata Wawan. Menurut dia, hal itu tidak terlepas dari tingkat pendidikan sebagian pelaku UKM yang terhitung masih rendah. “Disinilah pentingnya peran pemerintah. Jangan sampai karena alas an tidak ada anggaran, bantuan HAKI dihentikan,”ucapnya.

Senin, 18 April 2011

Mitra UKM


Keberadaan UKM di era globalisasi ini masih terus memerlukan perhatian, pembinaan dan pelatihan secara konsisten agar tetap dapat bersaing dengan menjaga mutu. Hukum pasar yang berlaku adalah barang murah dengan kualitas tinggi yang akan mampu bertahan. Namun hukum ini akan kalah untuk barang-barang yang memiliki nilai seni.

Banyaknya kendala yang dihadapi oleh para pelaku UKM agar tetap survive. Permasalahan awal untuk pelaku UKM adalah barang apa yang akan laku dipasaran. Begitu kira-kira hal pertama yang harus dipecahkan jika ingin merintis usaha. Kemudian bagaimana cara membuatnya agar efektif, efisien dan ekonomis, sehingga dapat memperoleh untung. Dimana tempat produksinya. siapa saja yang akan memproduksinya. Jika sudah terjawab pertanyaan-pertanyaan awal maka masuk ke tahap siapkah untuk merugi. Dua sisi koin, untung atau rugi dari segi laba. Namun dilihat dari sisi hikmah, instropeksi terhadap kegagalan akan menjadikan motivasi untuk dapat terus berusaha. Dari gambaran pelaku UKM yang sukses, jatuh bangun adalah modal utama untuk dapat berdiri tegak. Namun tidak sedikit pula yang dapat langsung berhasil.

Banyak pihak yang merasa peduli dengan keberadaan UKM. maka dibuatlah pembinaan-pembinaan dan pelatihan-pelatihan bagi para pelaku UKM. Jumlah pembinaan dan pelatihan yang diberikan kepada pelaku UKM sudah begitu banyak. Output pelatihan dan pembinaan berupa produk UKM telah memenuhi standar Namun pelaku UKM masih kebingungan produknya akan dijual kemana.

Banyak program yang diluncurkan oleh pihak-pihak yang peduli dengan UKM. salah satunya adalah membuka “etalase” di dunia maya dengan menggunakan internet. banyak situs yang dibuat secara gratis untuk berjualan berbagai macam produk. Situs ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal karena pasar yang dapat ditembus tidak hanya lokal tapi mancanegara. Ini tergantung bagaimana kita menampilkan produk UKM dalam situs tersebut.

Ada program lain, sekalian promosi, yaitu Multi Level Produk (MLP) Perfect System. Program yang ditawarkan adalah memasarkan produk UKM dengan memadukan e-commerce (pemasaran secara elektronik melalui internet) dan network (jaringan) serta penjualan secara konvensional dengan memajang produk UKM dan menjualnya secara langsung.

Program ini dibuat untuk membantu memasarkan produk UKM membutuhkan dana tidak sedikit. untuk itu dibuatlah jaringan yang berfungsi untuk menggalang dana yang didapat dari mitra maupun pelaku UKM. Untuk menjadi anggota MLP Perfect System, baik sebagai mitra maupun pelaku UKM (merchant), sangat mudah hanya dengan mendaftarkan diri dan membayar biaya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) bagi mitra dapat diniat ingin membantu mengembangkan UKM yang ada di Indonesia dan bagi pelaku UKM dapat dikatakan sebagai pengganti biaya memasarkan produk melalui situs internet dari blog ini (jika anda adalah downline saya).

Harga yang cukup impas, karena setelah daftar akan diberikan sebuah tas (produk UKM), kartu anggota (dapat sebagai kartu diskon pada toko yang telah ditentukan) dan sebuah buku panduan jaringan.

Masih banyak lagi keuntungan yang didapat terlebih lagi jika anda memang pandai dalam berbisnis jaringan. Bisa pula dengan mengkombinasikan keduanya. Disamping itu bonus-bonus yang bisa didapat di akhir tahun 2011 ini sangat menarik. Mudah-mudahan program ini dipahami dan diminati, karena sangat menguntungkan semua pihak dan yang terpenting adalah niat awal untuk membantu mengembangkan UKM di Indonesia.

Jika anda tertarik anda dapat menghubungi MLP Perfect System.



Mohon sebutkan sponsor anda:

RACHMAT FIRMANSYAH

MLP 000. 00. 547

022 91307533

Minggu, 17 April 2011

Peta Sentra UKM di Seputaran Bandung


Pemetaan sentra UKM sangat penting. Hal ini untuk berbagai macam tujuan, yang utama adalah meningkatkan produktivitas UKM itu sendiri. Dengan adanya pemetaan UKM memudahkan para pelancong yang datang ke Kota Bandung yang ingin berbelanja tidak perlu berkeliling untuk menemukan produk yang diinginkan.
Ada beberapa sentra UKM yang saya tahu, antara lain:
Cibaduyut, sudah dikenal orang sebagai tempat pengerajin sepatu. Terlebih setelah beberapa waktu lalu dikeluarkannya sepatu dengan merk “JK” (Jusuf Kalla), pamor Cibaduyut semakin naik kembali.
Cigondewah, banyak ditemui penjual kain sebagai  bahan dasar pakaian. Aneka bahan kain bisa di temui disini. Selain kain, masih di Cigondewah dapat ditemukan pula sentra pembuatan topi dan tas.
Sentra rajutan, bisa ditemukan di jalan binong jati. Mulai dari sarung tangan, rompi, kupluk, dan lain sebagainya.
Surapati (Suci), sepanjang jalan tersebut banyak dibuka usaha pembuatan kaos, jaket, training, spanduk, baligho dan yang berkaitan dengan sablon.
Bila ingin mencari buah-buahan dan sayuran segar, bisa langsung ke pasar caringin.
Sentra Jeans bisa ditemui di Jalan Suka Mulya Indah, Sukagalih, Sukajadi.
Sentra boneka bisa ditemui disekitar Sukajadi atau Jl. Sayati Hilir, Desa Sayati Margahayu, Kab. Bandung. Sentra Senapan Angin - Cipacing, dekat pintu tol cileunyi.  
Bedog (parang) tradisional - Desa Majumekar, Kec. Ciwidey, Kab. Bandung.
Konveksi terbesar ada di soreang. Bordiran untuk pakain muslim bisa ditemukan di seputaran Soreang. Banyak pakaian muslim yang dijual di Malaysia adalah buatan Soreang.
Untuk makanan ringan seperti oncom goreng, dulu orang Bandung mencari oleh-oleh yang akan dibawa saat akan bepergian ke luar kota bisa dicari di Pasar Kosambi. tetapi para penjual lebih cenderung membuka lapaknya di sekitar Terminal Leuwi Panjang dan ada juga yang berjualan di sepanjang jalan Dr. Junjunan (terusan Pasteur )  memudahkan bagi orang jakarta atau orang yang akan mempergunakan akses tol padaleunyi untuk berbelanja oleh-oleh.
Masih banyak lagi sentra UKM yang belum ter-peta-kan. Informasi mengenai sentra UKM di Seputaran Bandung bisa anda tambahkan.

Sabtu, 16 April 2011

123.453 Warga Kab. Bandung Menganggur

SOREANG, (PR).- 16/04/2011

Jumlah pengangguran di Kab. Bandung mencapai 123.453 orang, sebanyak 10.894 orang diantaranya aktif mencari lowongan pekerjaan. Oleh karena itu, Pemkab Bandung memberikan pelatihan kerja kepada 540 orang pencari kerja yang berasal dari 27 kecamatan di Kab. Bandung.
"Saya sangat mendukung kegiatan pelatihan keterampilan semacam ini. Sebab tanpa memiliki keterampilan, saat ini akan sulit bagi pencari kerja memperoleh pekerjaan," kata Bupati Bandung H. Dadang Mohamad Naser, pada "Konsolidasi Pelayanan Ketenagakerjaan" di Gedung Moch. Toha, Soreang, Kamis (14/4).
Selain Wakil Bupati Bandung Drs. H. Deden Rukman Rumaji, acara tersebut dihadiri Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar Drs. H. Mustopa Djamaludin, Kadis Kab. Bandung Drs. H. Dadang Supardi, M.M., serta ratusan undangan dari kalangan pengusaha dan buruh.
Dadang Naser mengakui, perbandingan antara lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja telah mengalami ketidakseimbangan, sehingga memunculkan pengangguran. "Untuk menanggulangi persoalan ini perlu ada kesepahaman yang saling menguntungkan antara dunia usaha, pemerintah, dan pekerja itu sendiri,"tuturnya.
Pada kesempatan itu, Dadang Supardi mengatakan, jumlah angkatan kerja di Kab. Bandung sampai akhir 2010 tercatat sebanyak 1.332.373 orang. Sementara jumlah angkatan kerja yang sudah bekerja sebanyak. 1.208.920 orang. "Memasuki tahun 2011, Kab. Bandung masih memiliki jumlah pengangguran 123.453 orang dan jumlah angkatan kerja tercatat 10.894 orang," ujarnya.
Upaya Pemkab Bandung memberikan pelatihan keterampilan kepada para pencari kerja, menurut Mustopa Djamaludin, merupakan langkah yang positif. Karena sekarang ini, tingkat keterampilan dan pendidikan pencari kerja masih dinilai belum mencukupi untuk bersaing di pasaran kerja. "Pelatihan keterampilan ini merupakan solusi untuk meningkatkan keterampilan para pencari kerja," katanya.
Sementara untuk memperluas lapangan pekerjaan, Mustopa mengajak kepada pemerintah kota dan kabupaten di Jawa Barat untuk menciptakan suasana kondusif, agar bisa menarik para pemilik modal untuk berinvestasi. "Calon investor akan tertarik bila merasa nyaman karena ada dukungan keamanan, peraturan yang mudah, cepat, dan transparan, serta dukungan tenaga kerja yang siap pakai," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Bandung menyerahkan penghargaan kepada 50 pengusaha yang telah berjasa membuka lapangan kerja untuk menanggulangi pengangguran di Kab. Bandung.

Jumat, 15 April 2011

IZIN USAHA UMKM GRATIS | Berlaku di Kabupaten Bandung

SOREANG, (PR).


Pemerintah Kab. Bandung menghapuskan semua biaya perizinan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para Pelaku UMKM hanya perlu mengurus izin gangguan (HO) dan izin mendirikan bangunan (IMB).
Demikian dikemukakan Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kab. Bandung, Drs. H. Bambang Biduraharjo, ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (13/4).
"Selain itu HO dan IMB pembuatan jenis perizinan usaha lainnya, seperti surat izin tempat usaha (SITU), tanda daftar perusahaan (TDP), izin usaha industri (IUI), dan tanda daftar industri (TDI), tidak dipungut biaya lagi." Kata Bambang.
Untuk pengurusan perizinan tersebut, menurut Bambang, pelaku usaha bisa langsung datang ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kab. Bandung. "Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan hanya akan memberikan surat keterangan, bahwa pelaku usaha yang akan mengurus perizinan di BPMP itu benar-benar dari UKM dan sudah memiliki usaha. Surat keterangan ini diperlukan agar tidak ada penyimpangan dengan mengatasnamakan UKM," katanya.
Di Kab. Bandung, menurut Bambang, sekarang ini terdapat sekitar 5.600 usaha kecil dan menengah (UKM). Sebagian besar UKM bergerak di bidang tekstil dan produksi tekstil (TPT). "Sementara jumlah pengusaha mikro dan embrio mikro di Kab. Bandung bisa mencapai 200.000 unit," katanya.
Meski begitu, Bambang mengakui, di lapangan masih ada pelaku usaha yang dipungut biaya untuk pengurusan izin-izin UMKM tersebut. "Kami menerima laporan dari pengusaha mikro dan kecil. Mereka mengaku masih dikenai biaya-biaya di kecamatan ataupun desa/kelurahan. Hal ini terjadi karena pihak kecamatan dan desa belum memahami ketentuan penggratisan izin, kecuali HO dan IMB," katanya.
Untuk mencegah adanya pungutan bisaya di lapangan, kata Bambang, harus ada kerja sama dengan dinas-dinas lain untuk sosialisasi peraturan baru. "Kami akan kumpulkan para pelaku UMKM agar mendapatkan penjelasan mengenai kebijakan penggratisan izin ini. Bisa jadi UMKM juga belum tahu, sehingga tetap membayar biaya perizinannya," ucapnya.

Selasa, 12 April 2011

Ikon Souvenir Indonesia

From UKM | Usaha Kecil Menengah
Sempat terlintas dalam pikiran saat melihat sebuah asbak yang dibelikan oleh istri di Singapura. Dan beberapa waktu lalu, sempat pula teman membawakan oleh-oleh dari Singapura berupa korek gas. Kemudian tetangga pulang dari Singapura menitipkan oleh-oleh berupa gantungan kunci. Dari ketiga oleh-oleh yang diberikan pada saya, semuanya memiliki ikon yang sama. Iya, betul. Merlion, ikon Singapura yang berupa patung bermuka singa dan berbadan putri duyung. Begitu bangganya orang Singapura menempelkan ikonnya dalam setiap souvenir yang dijual pada pelancong.
Hebatnya, mereka membuat souvenir yang bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. 'Image' Singapura begitu kentalnya ditanamkan pada setiap orang yang mempergunakan souvenir tersebut. Dengan melihat, menyentuh dan mempergunakan souvenir akan teringat negara itu, karena souvenir ini bukan sekedar pajangan yang disimpan di dalam lemari tertutup kaca, disimpan dipojokan dan hanya dilihat secara sekilas.
Pernahkah anda melihat gantungan kunci, asbak, baju, piring atau apapun yang menampilkan ikon indonesia, atau daerah daerah lain yang dijadikan ikon souvenir?
Sebagai misal, gantungan kunci, asbak, baju, piring yang menampilkan ikon monas, gedung sate, jembatan suramadu, angklung, dsb. Mungkin ada, namun tidak segencar mereka.
From UKM | Usaha Kecil Menengah
Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberi inspirasi untuk kita semua untuk tetap berkarya dan lebih mencintai produk dalam negeri.